Komunikatif Interaktif dalam Public Speaking
Agar pembicaraan kita tidak membosankan, jangan selalu berbicara sendiri, ajak audiens untuk berinteraksi dan berkomunikasi.
Gimana caranya berinteraksi yang baik dengan audiens? Kita akan bahas dalam tulisan ini.
Dalam tulisan ini kita akan membahas tentang komunikatif interaktif dalam public speaking. Jadi seperti yang sudah kita ketahui public speaking ini adalah sebuah proses komunikasi antara pembicara dengan audiens.
Karena ini bukan merupakan pertunjukan seni melainkan adalah sebuah proses komunikasi, maka interaksi antara pembicara dan lawan bicaranya yaitu audiens sangat dibutuhkan agar audiens merasa menjadi bagian yang penting dari suatu forum ataupun suatu acara.
Statistik juga membuktikan bahwa tidak adanya interaksi dalam sebuah kegiatan public speaking bisa menurunkan atensi audiens setidaknya 14% (Corporate communication Expert, 2018).
Angka penurunan atensi ini akan semakin naik dengan semakin lamanya durasi kita berbicara di depan.
Jadi saat melakukan kegiatan public speaking atau berbicara di depan umum sebagai pembicara, kita jangan asik sendiri untuk berbicara.
Akan tetapi berikan kesempatan lawan bicara kita atau audiens untuk berbicara. Kalau tidak, lama-lama audiens akan merasa bosan dan kehilangan ketertarikannya untuk mendengarkan kita berbicara.
Sebagai pembicara, kita tentu memiliki porsi yang lebih untuk berbicara. Tetapi bukan berarti kita ambil semua. Berinteraksilah dengan audiens.
Ada banyak sekali cara untuk menjadikan kita lebih komunikatif dan interaktif. Mari kita bahas satu-persatu.
- Sampaikan salam
- Sapa audiens
- Pertanyaan Retoris
- Minta audiens membayangkan/melakukan sesuatu
- Tanya Jawab
- Think before you act
Pertama, kamu bisa menyampaikan salam.
‘Halo selamat pagi’
Atau salam khusus suatu budaya atau budaya. Semakin spesifik semakin baik.
Oleh karena itu, apabila dalam acara umum di Indonesia biasanya dimulai dengan salam 6 agama:
Assalamualaikum wr. Wb (Islam)
Salam sejahtera bagi kita semua (Kristen Katolik)
Shalom (Kristian Protestan)
Om Swastyastu (Hindu)
Namo Buddhaya (Buddha)
Salam Kebajikan (Konfusius)
Hal itu dilakukan agar semua merasa dihargai. Namun apabila audiens nya spesifik misalkan dalam acara buka puasa bersama, kita tidak perlu salam 6 agama, kita bisa sesuaikan penggunaan salam sesuai dengan kondisi dan suasananya.
Itu merupakan salah satu cara kita berinteraksi dengan audiens yaitu ucapkan salam se spesifik mungkin.Kedua, kita juga bisa menyapa secara langsung kepada audiens. Semakin spesifik semakin baik.
Misalnya ‘selamat datang rekan-rekan mahasiswa dari Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia’ atau ‘Selamat datang ibu-ibu PKK Desa Watubonang, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah’
Dengan memberikan sapaan se spesifik mungkin, mereka akan merasa dihargai. Oleh karena itu, dalam acara-acara tersebut, biasanya MC atau pembawa acara untuk memeriahkan acara sering berinteraksi dengan audiens.
Jadi, jangan lupa untuk memberi sapaan audiens se spesifik mungkin.
Berikutnya kamu juga bisa berinteraksi dengan audiens dengan cara bertanya. Berikan pertanyaan retorika atau pertanyaan yang mudah dijawab agar bisa memecah kekakuan di dalam ruangan .
Misalnya ‘Bagaimana kabarnya hari ini?’ atau ‘sudah siap belajar bersama di sini?’
Tetapi yang harus dipastikan adalah ketika kamu bertanya kamu harus tau bagaimana cara untuk merespon jawaban dari audiens.
Jadi disiapkan dulu kemungkian respon audiens. Kalau mereka menjawab A, kamu harus merespon bagaimana, atau kalau audiens menjawab B, kamu harus menjawab seperti apa.
Karena kalau tidak disiapkan, bisa-bisa suasanya berubah menjadi canggung.
Jadi, pikirkan kamu ingin respon seperti apa dan kemungkinan jawaban yang akan kamu ucapkan agar suasana tidak menjadi canggung.
Selanjutnya kamu bisa mengajak audiens untuk membayangkan sesuatu atau melakukan sesuatu agar otak mereka terus aktif dan tidak merasa ngantuk.
Misalnya meminta audiens untuk membayangkan sesuatu ‘Bapak dan Ibu, bayangkan suatu malam rumah bapak dan ibu kebakaran, apinya berkobar begitu besar. Dalam situasi genting ini, bapak dan ibu hanya bisa menyelamatkan 3 hal. Apa yang akan diselamatkan?’
Contoh meminta audiens melakukan sesuatu biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama, hal seperti ini dilakukan dalam sebuah pelatihan atau workshop.
Untuk prakitk misalnya sedang pelatihan public speaking, kita bisa minta langsung audiens berbicara ke depan untuk memberikan presentasi singkat.
Kita juga bisa meminta audiens langsung menggambar apabila memang sedang dilakanakan pelatihan menggambar. Sesuaikan dengan situasi dan keadaan kamu.
Selain itu, apabila memang durasi berbicara kita lama kita bisa menyelipkan ice breaking. Kita bisa meminta audiens untuk melakukan sesuatu seperti tarian yang mudah dilakukan dan sebagainya yang lebih bervariasi.
Dengan demikian, audiens akan lebih aktif dan tidak merasa ngantuk sehingga siap untuk mendengarkan materi selanjutnya agar lebih fresh.
Selanjutnya, ketika sudah masuk ke dalam penyampaian materi, tentu jangan merasa takut untuk berinteraksi dengan audiens. Kamu bisa memberikan kesempatan mereka untuk bertanya, atau kalau misalnya tidak ada yang ingin bertanya kamu bisa balik memberikan pertanyaan kepada audiensnya.
Minta opini atau pendapat mereka. Tetapi perlu diingat untuk bertanya yang tidak terlalu sulit, karena kalau terlalu sulit biasanya audiens ragu-ragu untuk menjawab dan takut terlihat bodoh.
Ingat, ini merupakan forum public. banyak yang memperhatikan.
Terakhir yang harus diperhatikan dalam proses interaksi dengan audiens ini adalah ‘think before you act’. Dipikirkan terlebih dahulu, apabila kita berbicara sesuatu akan mendapat respon seperti apa oleh audiens.
Karena, ini merupakan forum public, interaksinya tidak hanya terjadi oleh dua orang saja, tetapi melibatkan banyak orang. Jadi kita harus berhati-hati untuk berbicara atau berinteraksi dengan audiens.
Jangan menyakiti ataupun mempermalukan audiens.
Itu dia beberapa cara untuk dapat berinteraksi dengan audiens. Diantaranya yaitu menyampaikan salam, menyapa audiens, memberikan pertanyaan retrorika, mengajak audiens membayangkan atau melakukan sesuatu, memberikan kesempatan bertanya, dan jangan lupa untuk berfikir sebelum berbicara.
Gabung dalam percakapan